Berkata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah -Rahimahullah-
Siapa saja yang mengharapkan sesuatu, maka diisyaratkan adanya tiga hal:
Pertama : Menyukai apa yang diharapkan.
Kedua : Khawatir akan kehilangan apa yang diharapkan.
Ketiga : Berusaha keras untuk mendapatkannya.
Harapan yang tidak dikaitkan dengan sesuatu disebut angan-angan. Harapan berbeda dengan angan-angan. Setiap orang yang berharap pasti ada rasa khawatir. Seorang yang berjalan di jalan raya bila merasa khawatir, ia akan mempercepat jalannya, takut kehilangan sesuatu.
Tirmidzi meriwayatkan dalam Jami’'nya hadis yang bersumber dari Aisyah radhiallahu anha. Beliau berkata, 'Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat tersebut, 'Apakah mereka itu orang yang meminum khamr, berzina, dan mencuri? Beliau menjawab, "Bukan, wahai puteri as-Shiddiq. Mereka adalah orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, namun mereka khawatir kalau amal yang mereka lakukan itu tidak di terima oleh Allah. Mereka itulah sebenarnya orang yang berlomaba-lomba dalam barbuat amal kebajikan.”
Allah mensifati orang-orang yang bahagia dengan ihsan, 'kebaikan dan khauf ‘kekhawatiran'. Sebaliknya, Allah justru memberi sifat orang jahat dengan keburukan dan rasa aman. Maksudnya, orang yang beramal kebaikan itu pasti bahagia, namun mereka tetap merasa khawatir, sedangkan orang-orang yang berbuat kejahatan pasti hina tetapi ia merasa. aman.
Orang-orang yang merenungkan keadaan para sahabat tentu akan menemukan mereka dalam puncak amal dan puncak kekhawatiran, sedangkan kita semua berada pada posisi kekurangan bahkan melampaui batas, tetapi perasaan kita aman-aman saja. Duhai celaka!
Sumber: Ad-Da’u wa Ad-Dawa (Terapi Penyakit Hati) oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal. 58-60
Siapa saja yang mengharapkan sesuatu, maka diisyaratkan adanya tiga hal:
Pertama : Menyukai apa yang diharapkan.
Kedua : Khawatir akan kehilangan apa yang diharapkan.
Ketiga : Berusaha keras untuk mendapatkannya.
Harapan yang tidak dikaitkan dengan sesuatu disebut angan-angan. Harapan berbeda dengan angan-angan. Setiap orang yang berharap pasti ada rasa khawatir. Seorang yang berjalan di jalan raya bila merasa khawatir, ia akan mempercepat jalannya, takut kehilangan sesuatu.
Tirmidzi meriwayatkan dalam Jami’'nya hadis yang bersumber dari Aisyah radhiallahu anha. Beliau berkata, 'Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat tersebut, 'Apakah mereka itu orang yang meminum khamr, berzina, dan mencuri? Beliau menjawab, "Bukan, wahai puteri as-Shiddiq. Mereka adalah orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, namun mereka khawatir kalau amal yang mereka lakukan itu tidak di terima oleh Allah. Mereka itulah sebenarnya orang yang berlomaba-lomba dalam barbuat amal kebajikan.”
Allah mensifati orang-orang yang bahagia dengan ihsan, 'kebaikan dan khauf ‘kekhawatiran'. Sebaliknya, Allah justru memberi sifat orang jahat dengan keburukan dan rasa aman. Maksudnya, orang yang beramal kebaikan itu pasti bahagia, namun mereka tetap merasa khawatir, sedangkan orang-orang yang berbuat kejahatan pasti hina tetapi ia merasa. aman.
Orang-orang yang merenungkan keadaan para sahabat tentu akan menemukan mereka dalam puncak amal dan puncak kekhawatiran, sedangkan kita semua berada pada posisi kekurangan bahkan melampaui batas, tetapi perasaan kita aman-aman saja. Duhai celaka!
Sumber: Ad-Da’u wa Ad-Dawa (Terapi Penyakit Hati) oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal. 58-60