Belajar Mengendalikan Amarah

Adalah seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukannya di pagar belakang rumah setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 37 paku ke pagar. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati ternyata lebih mudah menahan amarah daripada menancapkan paku di pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut bisa mengendalikan amarah. Dia memberi tahu dan mengusulkan pada ayahnya agar mencabut satu paku setiap kali dia bisa menahan marah.
Hari-hari berlalu dan anak laki-laki ini akhirnya memberi tahu semua paku telah tercabut. Sang ayah sangat gembira dan menuntun anaknya ke pagar.

‘’Kau telah berhasil dengan baik, anakku. Tetapi lihatlah lubang-lubang di pagar itu. Meski kita sudah menambal dengan baik, tapi hasilnya tetap tidak bisa seperti semula. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang-lubang di pagar ini. Karena itu, berhati-hatilah mengeluarkan kata-kata saat marah.’’

[lubang yang dimaksud adalah lubang di hati orang lain akibat amarahnya]

Dikutip dari Ikhwah Gaul

Berebut Shaff Pertama!

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu’alahi wasallam bersabda, “Seandainya manusia mengetahui pahala azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan undian, niscaya mereka melakukan undian itu. Seandainya mereka mengetahui pahala bersegera pergi menunaikan shalat, niscaya mereka berlomba-lomba kepadanya. Dan, seandainya mereka mengetahui pahala jamaah shalat isya dan subuh, niscaya mereka mendatanginya meskipun dengan merangkak.” [HR. Bukhari no. 341]

Subhanallah, betapa besar pahala shalat berjamaah di barisan pertama. Sampai-sampai digambarkan seseorang yang tahu besarnya pahala tersebut akan berusaha mendatanginya walau ia harus merangkak bila tidak bisa berjalan. Namun, sedih hati ini ketika melihat sekitar. Sedikit sekali orang yang berebut untuk shaf pertama, bahkan mereka malah mempersilahkan orang lain untuk berada di shaf pertama, dan merelakan dirinya berada di shaff belakang. Bahkan lebih parah lagi mereka sengaja datang terlambat ke masjid, dan yang paling parah lagi, mereka enggan shalat berjama’ah di masjid.

Dari Abi Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Sebaik-baik shaf pria adalah shaf yang pertama dan sejelek-jelek shaf pria adalah yang paling akhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling akhir dan sejelek-jeleknya yang paling depan.” [HR. Muslim nomor 440]

Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan memberikan penjelasan: “Mengenai hal ini detailnya sebagai berikut: Jika kaum wanita itu shalat dengan ADANYA TABIR PEMBATAS antara mereka dengan kaum pria maka shaf yang terbaik adalah shaf yang terdepan, karena hilangnya hal yang dikhawatirkan terjadi antara pria dan wanita. Dengan demikian sebaik-baik shaf wanita adalah shaf pertama sebagaimana shaf-shaf pada kaum pria, karena keberadaan tabir pembatas itu dapat menghilangkan kekhawatiran terjadinya fitnah” [Kitab Al-Muntaqa min Fatawa Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, 3/56-57]

Yuk, ikhwan. Mulai sekarang kita berebut shaf pertama!

Dikutip dari Ikhwah Gaul

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls